Oleh: Mulyadi Tenjo
Sebuah Pengabdian adalah bahasa bijak yang sekarang mungkin sangatlah kecil nilainya, kalah dengan tingginya nilai-nilai materialistis yang menyilaukan mata kita. Pahlawan tanpa tanda jasa, mungkin sekarang bukanlagi sebutan dari sebuah penghargaan yang teramat tinggi untuk seorang Guru. Sebutan pahlawan tanpa tanda jasa malah seolah menjadi “sindiran nyeleneh” yang cenderung menghinakan profesi seorang guru yang terkenal dengan “Oemar Baktie” sebagai ikon nestapanya.
Tapi seiring naiknya anggaran pendidikan sampai 20 % nasib guru di Indonesia sedikit banyak berubah, terutama mereka guru yang berlabel PNS. Nasib mereka kini jauh lebih makmur bila di bandingkan dengan generasi pada jaman Oemar Bakrie . Guru sekarang sudah tak lagi mengayuh sepeda untuk berangkat ke kantornya, tapi sudah mengguakan sepeda motor merek terbaru. Tampilannya pun bukan lagi setelan sapari lusuh, tapi seragam dan aneka setelan yang enak di lihat. Itu bukti sebuah perubahan dari perputaran nasib penjaja Ilmu.
Tapi di balik makmurnya kesejahteraan guru yang berlabel PNS, percaya atau tidak, masih banyak guru-guru yang jauh dari potret makmur imbas naiknya anggaran pendidikan yang 20 % tersebut. Masih banyak guru yang penghasilannya”maaf” tidak lebih baik dari tukang semir di kereta api. Itulah potret guru honorer di dareah. Guru yang bekerja keras mendidik anak-anak calon generasi bangsa itu cuma di hargai sebatas penghasilan yang benar-benar terbatas. Masih banyak guru yang di bayar dengan gaji Rp.100.000; bahkan Rp.50.000; tentu itu sangat miris dan tidak nyaman terdengar di telinga kita.
Hal inilah yang dikeluhkan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Di hadapan kepala negara, mereka pun mencoba memperjuangkan nasib para guru bantu yang tidak jelas masa depannya itu.
Oleh: Mulyadi Tenjo
Sebuah Pengabdian adalah bahasa bijak yang sekarang mungkin sangatlah kecil nilainya, kalah dengan tingginya nilai-nilai materialistis yang menyilaukan mata kita. Pahlawan tanpa tanda jasa, mungkin sekarang bukanlagi sebutan dari sebuah penghargaan yang teramat tinggi untuk seorang Guru. Sebutan pahlawan tanpa tanda jasa malah seolah menjadi “sindiran nyeleneh” yang cenderung menghinakan profesi seorang guru yang terkenal dengan “Oemar Baktie” sebagai ikon nestapanya.
Tapi seiring naiknya anggaran pendidikan sampai 20 % nasib guru di Indonesia sedikit banyak berubah, terutama mereka guru yang berlabel PNS. Nasib mereka kini jauh lebih makmur bila di bandingkan dengan generasi pada jaman Oemar Bakrie . Guru sekarang sudah tak lagi mengayuh sepeda untuk berangkat ke kantornya, tapi sudah mengguakan sepeda motor merek terbaru. Tampilannya pun bukan lagi setelan sapari lusuh, tapi seragam dan aneka setelan yang enak di lihat. Itu bukti sebuah perubahan dari perputaran nasib penjaja Ilmu.
Tapi di balik makmurnya kesejahteraan guru yang berlabel PNS, percaya atau tidak, masih banyak guru-guru yang jauh dari potret makmur imbas naiknya anggaran pendidikan yang 20 % tersebut. Masih banyak guru yang penghasilannya”maaf” tidak lebih baik dari tukang semir di kereta api. Itulah potret guru honorer di dareah. Guru yang bekerja keras mendidik anak-anak calon generasi bangsa itu cuma di hargai sebatas penghasilan yang benar-benar terbatas. Masih banyak guru yang di bayar dengan gaji Rp.100.000; bahkan Rp.50.000; tentu itu sangat miris dan tidak nyaman terdengar di telinga kita.
Hal inilah yang dikeluhkan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Di hadapan kepala negara, mereka pun mencoba memperjuangkan nasib para guru bantu yang tidak jelas masa depannya itu.
"Masih banyak guru bantu yang gajinya di bawah Rp 100 ribu perbulan," ujar Ketua Umum PGRI Sulistyo usai bertemu dengan Presiden SBY di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (20/1/2008).
Menurut Sulistyo, kebanyakan mereka yang mendapatkan gaji yang tak pantas tersebut adalah mereka-mereka yang berada di desa-desa, terutama guru Taman Kanak-kanan (TK).
"Jangan anggap mereka (guru TK) bahagia meski dari pagi hingga siang bernyanyi terus," kata Sulistyo sambil tersenyum.
Dikutip:http://www.detiknews.com/read/2009/01/20/190917/1071714/10/guru-honorer,-oh-nasibmu...
Memang menjadi guru adalah pengabdian, gaji kecil adalah konsekuensi yang kadung melekat dan dia nggap biasa. Tapi guru juga anusia yang perlu hidup secara normal, mereka perlu kebutuhan layak agar bisa survive dan eksis. Dan implikasi dari semua itu adalah maksimal dan optimalnya mereka ketika mentransfer ilmunya di dalam kelas. Bagaiman mereka bisa maksimal, jika perut mereka belum terisi? Bagaimana mereka bisa optimal jika untuk ongkos saja mereka kebingungan? Mungkin inilah PR pemerintah untuk mensamaratakan posisi seorang guru dalam mendapatkan hak-haknya, bukan di beda-bedakan dalam kasta PNS dan Non PNS.
Sebuah PR yang di tunggu jawabannya oleh ribuan tenaga pendidik / Guru dari kasta Non PNS di seuruh Indonesia.
Info : http://www.detiknews.com/read/2009/01/20/190917/1071714/10/guru-honorer,-oh-nasibmu...
www.scribd.com/doc/2591271/Undangundang-Guru-dan-Dosen
=========================================================================
Internet Sehat Untuk Anak Usia SD
Seberapa besar dampak Internet untuk anak Usia SD?
Banyak orang tua yang ketakutan luar biasa ketika anaknya mulai mengenal internet, alasannya bervariasi, entah karena takut anaknya mengakses situs-situs dewasa, entah karena takut kehidupan sosial anaknya akan terganggu, entah karena anaknya nantinya akan menjadi manusia Introvert yang tak peduli terhadap lingkungannya. dan banyak lagi entah-entah yang intinya sejuta ketakutan luar biasa.
adalah hal yang wajar ketika para orangtua mempunyai ketakutan seperti itu, sebagai orang tua tentu ingin anak-anaknya menjadi anak yang baik dan terhindar dari hal-hal yang bakal mempengaruhi perkembangan jiwa anaknya tersebut. dan Internet mungkin dianggap salah satu pemicu yang akan menyebabkan anaknya tersebut akan menemui hal-hal tidak baik nantinya.
sebetulnya ketika Internet hadir ketengah-tengah masyarakat , maka tak ubahnya Internet tersebut seagai pedang berbilah dua, yang satu siiap memberikan manpaat dan yang satu siap memberika mudharat. apa artinya?
Lebih lengkap Klik Disini!
InsPIRaSI
Jadikan Blog sebuah Fasilitas Pendidikan
Blog merupakan sarana unik yang ada dalam era Internet sekarang ini. sebuah sarana yang selayaknya dapat kita ambil manpaatnya untuk menunjang kebrhasilan kita dalam mendesain sebuah pola dari konsep mendidik.
Banyak keuntungan ketika kita memanpaatkan fasilitas Bloger untuk melengkapi fasilitas pendidikan di sekolah kita. misalnya untuk sarana informasi nilai harian, soal-soal yang akan di ujikan, dan informasi seputar pendidikan lainnya di sekolah kita.dan itu akan sangat bemanpaat tentunya bagi pekembangan kreativitas, baik guru maupun siswa. dan hal ini dapat memberi kuntungan lain , kita tidak akan kehilangan file pnting yang terkadang terselip di tumpukan arsip brantakan kita. selain itu soal-soal yang kita publikasikan secara tidak langsung akan membrikan banyak manpaat bagi siswa kita, setidaknya soal2 yang kita fosting menjadi kisi-kisi, atau menjadi bahan latihan yang teratur. dan orang tua sisiwa pun bis alebih tahu tentnag bobot soal dan akan memberikan kontrol positip terhadap guru, dan itu sangat berhaga tentunya untuk peningkatan mutu Guru.
lihat contoh dari guru yang getol Ngeblog dan memanpaatkan Blog sebagai sarana pendukung pendidikan.
http://mudzakkir27.wordpress.com
Bapak guru yang satu ini sangat kreatip dalam memanpaatkan sarana Blog untuk menyimpan dan mempublikasikan baik nilai siswa, soal-soal yang akan di ujikan, maupun silabus. sungguh sebuah kreativitas yang patut kita tiru.